Disdik Lamteng Gelar Workshop Pendampingan Penguatan IKM

SEPUTIHBANYAK, – Sebagai upaya meningkatkan pemahaman, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Lampung Tengah (Lamteng) menggelar workshop pendampingan penguatan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM).

Kegiatan digelar di LEC Paramarta, Kecamatan Seputihbanyak. Pembukaan dilakukan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dr. Nur Rohman, SE. M.Sos.I.

Hadir pula dalam kegiatan Kabid Dikdas Dr. Ahmaludin, S.Ag., MM., Kasi Dikdas Noritawati, S.Sos., M.Si serta jajaran pemateri. Yakni Suharlan S.Pd, M.Pd., Hadi Suhartanto S.Pd, M. Pd., dan Sadina S.Pd, M.Pd.

Workshop diikuti 112 peserta, 30 orang merupakan waka kurikulum satuan pendidikan tingkat SMP dan 82 guru kelas 1 dan 4 di tingkat SD se-Lamteng. Mereka juga merupakan perwakilan di setiap kecamatan yang ada di kabupaten setempat.

Dalam pembukaan, Nur Rohman mengatakan, Kurikumum Merdeka telah dikeluarkan oleh Kemendikbudristek pada tahun 2021.

Namun pelaksanaannya masih belum optimal di satuan pendidikan. Hal ini perlu didukung oleh semua pihak, baik para pemangku kepentingan, satuan pendidikan dan dinas pendidikan.

“Salah satu bentuk dukungan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan adalah kegiatan pendampingan Implementasi Kurikulum Merdeka bagi guru dan kepala sekolah pada satuan pendidikan,” kata Nur Rohman.

Ia menjelaskan bahwa setiap sekolah atau satuan pendidikan agar dapat melaksanakan Implementasi Kurikulum Merdeka dengan baik dan benar.

“Kemendikbudristek telah menetapkan Kurikulum Merdeka menjadi Kurikulum Nasional melalaui Keputusan Kepmendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024 tentang Kurikulum pada Pendidikan Anak usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah,” ujarnya.

Kegiatan ini dilaksanakan selama 2 hari, mulai tanggal 1-2 Oktober 2024.

Kepala Sub Koordinator Pengembang Kurikulum Disdikbud Lamteng Sadina, S.Pd. M.Pd., yang menjadi salah satu pemateri menerangkan bahwa kegiatan ini diikuti oleh peserta mandiri.

Artinya mereka belajar sendiri dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka di satuan pendidikan masing-masing.

“Jadi bisa melalui Platform Merdeka Mengajar (PMM) bisa di sekolah lain yang telah menerapkan IKM, bisa ikut webinar, bisa ikut live streaming. Banyak cara bisa ditempuh. Nah dinas pendidikan ini melakukan penguatan. Sembari mencari sekaligus mendiskusikan hal-hal yang dirasa kurang difahami. Ternyata ya masih banyak (hal yang didiskusikan). Umumnya terkait Profil Pelajar Pancasila,” kata Sadina.

Menurutnya, isi dalam Kurikulum Merdeka tidak terlalu banyak berbeda dengan kurikulum-kurikulum yang telah digunakan sebelumnya.

Hanya istilah saja. Sebagai contoh, kalau dulu ada standar kompetensi, atau kompetensi dasar, sekarang sudah tidak ada lagi.

“Diganti. Judulnya capaian pembelajaran. Untuk tingkat SD dibuat 3 fase. Fase A untuk kelas 1 dan 2, B untuk kelas 3 dan 4, serta Fase c untuk kelas 5 dan 6. Sedangkan untuk SMP hanya ada 1 fase, yakni D,” bebernya.

Kemudian dalam IKM ini guru memiliki peran yang sangat peting. Seperti contohnya, berperan dalam mengembangkan kemandirian siswa. Dimana guru membantu siswa untuk belajar secara mandiri, mengatur waktu, dan mengelola sumber daya pembelajaran.

Sadina juga menjelaskan bahwa untuk saat ini penerapan IKM dilakukan secara bertahap.

“Hari ini yang ikut guru kelas 1 dan 4. Kenapa? karena Kurikulum Merdeka yang baru mulai diterpkan tahun ini. Biasanya dimulai dari kelas 1 dan 4. Walaupun boleh serentak sebenarnya, kelas 1 sampai kelas 6. Namun tadi hasil diskusi, mereka menerapkan tetap bertahap. Untuk tahun ini kelas 1 dan 4, tahun depan kelas 2 dan 5. Tahun berikutnya kelas 3 dan 6. Sehingga 3 tahun kedepan kelas 1 sampai 6 sudah menerapkan IKM,” pungkasnya. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *